Powered By Blogger

Minggu, 30 Desember 2012

Makalah Ekonomi Makro



KATA PENGANTAR


Assalamualaikum Wr. Wb.
            Dengan memanjatkan puji syukur ke hadiratAllah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul:
  PERKEMBANGAN INVESTASI DAN  SUKU BUNGA DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 
            Saya menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Allah SWT dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini saya mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
            Saya menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, saya telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, saya dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan kritik guna penyempurnaan makalah ini.
            Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, 27  Desember 2012


Penulis

DAFTAR ISI


Kata Pengantar ……………………………………………………………………......….......1
Daftar Isi …………………………………………………………………………………......2
Daftar Tabel ……………………………………………………………..............3
BAB I Pendahuluan
A.    Latar Belakang ……………………………………………………............……5
B.     Rumusan Masalah …………………………………………………...........……6
C.     Tujuan Penelitian……………………………………………………………..........…...6
D.    Manfaat Penelitian ……………………………………………………..........….6
BAB II Pembahasan
A.    Pengertian Investasi ……………………………………………………………...7
B.     Jenis – Jenis Investasi …………………..……………………………………......…….....8
C.     Sumber – Sumber Dana Investasi ………………………………………………………...9
D.    Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Laju Investasi ...……………………………..…….....9
E.     Pengaruh Investasi Dalam Perekonomian …………………………………………….......10
F.      Tingkat Suku Bunga ………………………………………......……………............14
G.    Teori – Teori Suku Bunga ……………………………………………...........14
H.    Perhitungan Tingkat Suku Bunga  ……………………………………………….…........ 16
I.       Faktor – Faktor Penyebab Kenaikan Tingkat Suku Bunga …………………............… 18
J.       Faktor – Faktor Mendorong Penurunan Tingkat Suku Bunga ………...………........…. 18
K.    Perkembangan Investasi Serta Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia …………............... 19
      BAB III Penutup                                                   
A.    Kesimpulan ……………………………………………….........…….........…. 27
B.     Saran …………………………………….................................................... 29
Daftar Pustaka …………………...................…..………...... ........30
Lampiran …………………………………………………………........ 31

DAFTAR TABEL






BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar  Belakang 

Salah satu teori ekonomi pembangunan yang sampai sekarang masih digunakan adalah teori Tabungan dan Investasi oleh Harrod-Domar. Dalam teori ini mencapai kesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi. Kalau tabungan dan investasi rendah maka pertumbuhan ekonomi suatu Negara juga akan rendah. Masalah pembangunan pada dasarnya merupakan masalah menambahkan investasi modal, masalah keterbelakangan adalah masalah kekurangan modal. Kalau ada modal dan modal itu diinvestasikan hasilnya adalah pembangunan ekonomi.
Dewasa ini hampir di semua negara, khususnya negara berkembang membutuhkan modal asing. Modal asing itu merupakan suatu hal yang semakin penting bagi pembangunan suatu negara. Sehingga kehadiran investor asing nampaknya tidak mungkin dihindari. Yang menjadi permasalahan bahwa kehadiran investor asing ini sangat dipengaruhi oleh kondisi internal suatu negara, seperti stabilitas ekonomi, politik negara, penegakan hukum. Selain itu tingkat suku bunga adalah pengaruh yang sangat penting bagi pekembangan investasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Tingkat suku bunga akan memberikan banyak informasi mengenai perkembangan nilai investasi.
Dalam makalah ini saya akan menjelaskan tentang perkembangan investasi dan tingkat suku bunga dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian investasi ?
2.      Apa saja jenis-jenis investasi ?
3.      Apa saja sumber – sumber investasi ?
4.      Apa saja factor – factor yang mempengaruhi laju investasi ?
5.      Apakah pengaruh investasi dalam perekonomian ?
6.      Apakah tingkat suku bunga ?
7.      Apa saja teori – teori tentang suku bunga ?
8.      Bagaimanakah perhitungan tingkat suku bunga ?
9.      Bagaimanakah kenaikan tingkat suku bunga ?
10.  Apa saja factor – factor yang mendorong penurunan tingkat suku bunga ?
11.  Bagaimanakah perkembangan investasi serta pertumbuhan ekonomi di Indonesia ?

C.    Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab seluruh yang menjadi rumusan masalah pada makalah yang saya tulis.

D.     Manfaat Penelitian
Hasil dari penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak,semoga dengan adanya makalah ini kita menjadi lebih memahami dan mengerti mengenai perkembangan investasi dan tingkat suku bunga di Indonesia. Dengan demikian secara tidak langsung kita telah tahu perkembangan ekonomi di negara kita
BAB II PEMBAHASAN

A.   Pengertian Investasi

Ada banyak peendapat yang di kemukakan oleh berbagai pihak terhadap pengertian tentang investasi. Secara umum investasi adalah meliputi pertambahan barang-barang dan jasa dalam masyarakat, seperti pertambahan mesin-mesin baru, pembuatan jalan baru,pembukaan tanah baru dan sebagainya. Investasi juga di artikan sebagai pengeluaran yang di lakukan oleh para pengusaha untuk membeli barang-barang modal dan membina industri- industri.
Dalam perhitungan pendapatan nasional dan ststistik, investasi meliputi hal yang lebih luas lagi. Dalam perhitungan pendapatan nasional, investasi meliputi hal-hal:’’ Seluruh nilai pembelian pengusaha atas barang-barang modal dan pembelanjaan untuk mendirikan industri-industri, pengeluaran masyarakat untuk mendirikan rumah-rumah dan tempat tinggal, pertambahan dalam nilai stok barang-barang berupa bahan mentah, barang yang belum selesai di proses dan barang jadi”.
Dalam model keynesian dimana di asumsikan bahwa semua pendapatan harus dikeluarkan untuk di konsumsi atau di tabung, dan jumlah prekonomian dapat di bagi dua yaitu antara pengeluaran untuk barang-barang konsumsi dan barang modal, dan posisi keseimbangan dalam prekonomian di tentukan pada saat jumlah penerimaan yang sama dengan jumlah pengeluaran sehinggai investasi sana nilainya denga tabungan.
Dalam kaitanya dengan perusahaan dimana perusahan melakukan investigasi guna mendapatkan profit yang sebesar-besarnya, di mana dana investasi tersebut salah satunya bersumber dari dana masyarakat yang di tabung pada lembaga-lembaga keuangan, maka dapat di kemukakan bahwa : Investasi merupakan pengeluaran perusahaan secara keseluruhan yang mencakup pengeluaran untuk membeli bahan baku/material, mesin-mesin dan peralatan pabrik serta semua modal lain yang di perlukan dalam proses produksi. Pengeluaran untuk keperluan bangunan kantor, pabrik tempat tinggal karyawan dan bangunan kontruksi lainnya. Perubahan nilai stok atau barang cadangan sebagai akibat dari perubahan jumlah dan harga”.
Sementara itu Dj. A Simarmata dalam bukunya mendeefinisikan investasi yang lebih luas yang di kaitkan dengan perkeembangan pasar modal sekarang yakni : Investasi adalah setiap kegiatan yang hendak menanamkan uang dengan aman.
Dari berbagai pendapat tentang definisi mengenai investasi, maka terdapat satu kesamaan arti yaitu investasi merupakan suatu pengeluaran sejumlah dana dari investor atau pengusaha guna membiayai kegitan produksi untuk mendapatkan profit di masa yang akan datang.
B.     Jenis – Jenis Investasi
Secara umum investasi dibagi menjadi 2 yaitu :
1.      Investasi yang terdorong (Induced Invesment)
Investasi yang terdorong (induced Invesment), yakni investasi yang idak diadakan akibat adanya penambahan perminntaan, pertambahan permintaan yang di akibatkan pertambahan pendapatan. Jelasnya apabila pendapatan bertambah, maka tambahan permintaan akan di gunakan untuk konsumsi, sedang pertambahan konsumsi pada dasarnya adalah tambahan permintaan. Sudah pasti apabila ada tambahan permintaan, maka akan mendorong berdirinya pabrik baru atau memperluas pabrik lama untuk dapat memenuhi tambahan permintaan tersebut.
2.      Investasi otonom (Outonomous Invesment)
Investasi otonom (OutonomouInvesment), yaitu investasi yang di laksanakan atau diadakan secara bebas, artinya investasi yang di adakan bukan karena pertambahan permintaan efektif, tetapi justru untuk menciptakan atau menaikkan permintaan efektif. Besarnya investasi otonom tidak tergantung kepada besar kecilnya pendapatan nasional atau daerah. Investasi otonom berarti pembentukan modal yang tidak di pengaruhi oleh pendapatan naasional. Dengan kata lain, tinggi rendahnya pendapatan nasional tidak menentukan jumlah investasi yang di lakukan oleh perusahaan-perusahaan.
C.    Sumber – Sumber Dana Investasi
Sumber – sumber investasi dapat dilihat melalui :
1. Investasi oleh masyarakat swasta nasional
2. Investasi oleh pihak Asing
Investasi oleh masyarakat lebih banyak di lakukan dengan tujuan mendapatkan keuntungan atau motif bisnis, begitu juga dengan investasi asing atau penanaman modal luar negeri dengan tujuan mendapatkan keuntungan atau motif bisnis di lain sisi kita mendapatkan dampak positifnya.
D.     Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Investasi
Investasi yang ditanam di suatu negara atau daerah, di tentukan oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Tingkat keutungan yang diramalkan
2. Tingkat Bunga
3. Ramalan mengenai ekonomi di maasa depan
4. Kemajuan teknologi
5. Tingkat pendapatan nassional dan perubahannya
6. Keuntungan yang di peroleh
7. Situasi politik
8. Pengeluaran yang di lakukan pemerintah.
9. Kemudahan yang di berikan oleh pemerintah setempat.

E.     Pengaruh Investasi Dalam Perekonomian
                      Investasi dalam berbagai bentuknya akan memberikan banyak pengaruh kepada prekonomian suatu negara atupun dalam cakupan yang lebih kecil yakni daerah. Karena dengan terciptanya investasi akan membawa suatu negara pada kegiatan ekonomi tertentu. Investasi yang akan berlanjut dengan suatu proses produksi akan menciptakan lapang kerja, menciptakan barang-barang dan jasa untuk di pasarkan kepada konsumen, dan interaksi antara produsen, dalam hal ini investor, dan konsumen dalam menawarkan dan mengkonsumsi barang-barang atu jasa, dan pada giliranya akan menciptakan kemejuan prekonomian dalam suatu Negara.
Adanya fluktuasi dalam investasi seperti yang terlihat dalam ’’ business cycle’’ merupakan salah satu dampak dari adanya investasi di dalam suatu perekonomian.
Pengeluaran investasi merupakan topik utama dalam ekonomi makro karena dua alasan berikut:
Fluktuasi investasi sangatlah besar sesuai dengan perubahan GDP (Gross Domestc Product), misalnya karena adanya business cycle.
Pengeluaran investasi menentukan tingkat pertambahan stok kapital dalam prekonomian, dimana stok kapital ini sangat menentukan tingkat pertumbuhan suatu negara dalam jangka panjang
                                                   
Pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara atau daerah dapat di lihat pula melalui multi flier effect yang di timbulkannya. Multiflier effect atau efek dari pengganda dari investasi tersebut dapat di tuliskan denagan : KI =dimana MPC merupakan besarnya hasrat untuk mengkonsumsi. ,11MPC
Sehingga jika suatu investasi di tanamkan di suatu prekonomian, dampaknya terhadap terhadap pendapatan nasional/daerah tidak hanya sebesar nilai investasi yang di tanamkan nya, tetapi sebesar nilai investasi yang di tanamkan di kalikan dengan angka penggandanya. Jadi, misalnya di dalam suatu prekonomian , investasi yang di tanamkan sebesar 10juta, dengan nilai MPC suatu masyarakat 2/3, maka pertambahan pendapatan yang di timbulkan akibat pertambahan investasi sebesar : KI = I KI Y Δ x = Δ 10 Juta x 3 = 30Juta. Namun, investasi yang di tanamkan dalam prekonomian salah satunya ditentukan oleh adanya permintaan dari masyarakat, yaitu berupa konsumsi atas barang-barang konsumsi dan jasa yang di hasilkan oleh perusahaan sehingg merangsang tumbhnya investasi-investasi baru. Karena seperti kita ketaui bahwa pendapatan yang diperoleh masyarakat akan di gunakan untuk konsumsi dan mungkin sebahagian lagi untuk di tabung. Sehingga apabila penggunaan pendapatan untuk konsumsi dilambangkan denga C, dan penggunaan pendapatan yang di terima dilambangkan dengan Y, maka perumusan menjadi Y= C + S. Seandainya keseluruhan pendapatan masyarakat itu dikonsumsikan keseluruhannya (MPC=1), sehinga besarnya K menjadi tidak terhingga, maka besarnya pertambahan pendapatan nasional juga menjadi tidak terhingga. Khusus kondisi di negara berkembang, dimana income masyarakat relatif rendah, kendati , 33 / 2 1 1 = − sehingga pertambahan nasional yang di timbulkan : pendapatan masyarakat yang diterima diasumsikan keseluruhan dampaknya terhadap pertamabahan pendapatan nasional tidak akan terlalu besar. Hal ini di sebabkan karena kemampuan dalam pembentukan modal juga relatf rendah yang di sebabkan oleh lemahnya kemampuan menabung dari masyarakatnya yang tentu saja akan menciptakan kondisi yang kondusif bagi terciptanya lembaga-lembaga keuangan padahal faktor-fator tersebut sangat di perlukan di dalam proses pembangunan guna memacu pertumbuhan ekonomi. Pembentukan modal merupakan faktor yang paling penting dan strategis di dalam proses pembangunan ekonommi. Pembentukan modal bahkan disebut sebaagai ’’kunci utama menuju pembangunan ekonomi’’.
Proses ini berjalan melewati 3(tiga) tingkatan : Pembentukan modal juga berarti pembentukan keahlian kerap kali berkembang sebagai akibat pembentukan modal. Pembentukan keahlian jelas merupakan salah satu dampak dari adanya perkembangan investasi. Investasi yang terus berkembang akan menuntut perkembangan sumber-sumber v Kenaikan tabungan nyata yang tergantung pada kemauan dan kemampuan untuk menabung. v Keberadaan lembaga kredit dan keuangan untuk mengalahkan dan menyalurkan tabungan agar dapat menjadi dana yang dapat di investasikan. v Pengunaan tabungan untuk tujuan investasi dalam barang-barang modal pada perusahaan. daya termasuk keahlian tenega kerja yang sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada. Pembentukan atau penciptaan modal Pembentukan atau penciptaan modal akan menjadi sia-sia kalo tidak ada faktor-faktor lain yang menunjang pertumbuhan ekonomi oleh karena itu, kehadiran sekelompok atau segolongan orang yang benar-benar tertairk pada pembangunan ekonomi, mempunyai kemauan menabung dan bersedia bekerja dengan imbalan material, merupakan prasyarat bagi kemajuan suatu prekonomiandaya termasuk keahlian tenega kerja yang sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada.
Pembentukan atau penciptaan modal akan menjadi sia-sia kalo tidak ada faktor-faktor lain yang menunjang pertumbuhan ekonomi oleh karena itu, kehadiran sekelompok atau segolongan orang yang benar-benar tertairk pada pembangunan ekonomi, mempunyai kemauan menabung dan bersedia bekerja dengan imbalan material, merupakan prasyarat bagi kemajuan suatu prekonomian. Harold dan Domar memberikan peranan kunci kepada investasi di dalam proses pertumbuhan ekonomi, khusuusnya mengenai peran ganda yang di miliki investasi, yaitu :
Kedua hal ini sebagai dampak dari adanya permintaan dan penawaran investasi. Karena itu selama investasi berklangsung, pendapatan nyata dan output akan senantiasa membesar. Namun demikian, untuk mempertahan tingkat ekuilibirium pendappatan pada tingkat full emfloyment dari tahun ke tahun, baik pendapatan nyata maupun output tersebut, keduanya harus meningkat dalam laju yang sama pada saat kapasitas modal meningkat. Karena kalau tidak, setiap perbedaan keduanya akan menimbulkan kelebihan kapasitas modal meningkat. 1. Menciptakan pendapatan. 2. Memperbesar kapasitas produksi prekonomian dengan cara meningkatkan stok kapital. Karena kalau tidak, setiap perbedaan keduanya akan menimbulkan kelebihan kapasitas atau ada kapasitas yang menganggurHal ini memaksa para investor membatasi pengeluaran investasinya sehingga pada ahirnya akan berpengaruh buruk pada prekonomian yaitu berupa menurunnya pendapatan dan pekerjaan pada periode berikutnya. Jadi, apabila pekerjaan ingin di pertahankan dalam jangka waktu yang panjang, maka investasi harus senantiasa diperbesar.
Dalam konteks yang lain, penciptaan investasi juga membawa pengaruh perkembangan suatu daerah. Dampak tersebut disebut dengan spread effect. Yaitu apabila suatu investasi yang di tanamkan di dalam suatu daerah membawa pengaruh positif bagi daerah lainnya. Seperti timbulnya industri-industri perlengkapan atau penunjang bagi industri utama di daerah pusat investasi.


F.     Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau bisa juga di pandang sebagai   sewa atau penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu.Suku bunga di gunakan untuk mengartikan 2 (dua) hal yang berbeda yaitu :
Tingkat suku bunga juga merupakan jumlah bunga yang di bayarkan per unit dari waktu. Dengan kata lain, pengembalian karena kesempatan meminjam dana individu harus membayar jumlah jumlah yang pasti tiap tahun. Harga dari meminjam dana , di ukur dalam dollar per tahun per dollar yang di pinjam.
G.     Teori – Teori Suku Bunga
Teori yang menerangkan terjadinya suku bunga di antaranya adalah :
a. Teori Klasik
Teori ekonomi klasik mengenai tingkat suku bunga yang beranjak dari teori ekonomi mikro, merupakan nilai balas jasa modal. Dengan demikian dapat di 1. Harga yang dii bayar oleh debitur kepada kreditur karena penggunaan dana pinjaman. 2. Pengembalian pasar yang di peroleh dari modal ssebagai faktor produksi suku bunga adalah pembayaran yaang di lakukan akibat penggunaan dana. Jelaskan bahwa suku bunga menurut klasik adalah harga dari penggunaan dana yang tersedia untuk di pinjamkan (loanable fund). Harga ini terjadi di pasar dana investasi. Keseluruhan dari investasi atau jumlah keseluruhan mereka akan dana akan membentuk permintaan loanable fund, dari proses tawar menawar antar mereka akan di hasilkan tingkat bunga sebagai harga dari loanable fund yang di gunakan investor.
Dalam teori klasik, stok barang modal dicampur adukan dengan uang dan keduanya dianggap mempunyai hubungan subtitutif. Semakin langka modal semakin tinggi tingkat suku bunga dan demikian sebaliknya. Fungsi yang menonjol dari uang, dalam teori ekonomi klasik, adalah sebagai alat pengukur nilai dalam melakukan transaksi, sebagai alat pertukaran untuk memperlancar transakssi barang-barang dan jasa-jasa maupun sebagai alat penyelesaian hubungan hutang piutang yang menyangkut masa depan.
Teori ekonomi klasik mengasumsikan bahwa prekonomian senantiasa dalam keadaan full employment, kecuali meningkatkan efisiensi dan mendorong terjadinya spesialisasi pekerjaan, uang tidak dapat mempengaruhi sektor produksi.
Dengan perkatan lain sektor moneter, dalam teori ekonomi klasik, terpisah sama sekali dari setor rill dan tidak ada pengaruh timbal balik antara keddua sektor tersebut. Hubungan kedua sektor di jembatani oeh tingkat harga. Jika jumlah uang beredar lebih besar daripada nilai barang-barang dan jasa yang terseddia , tingkat harga meningkat.
b. Teori Keynes
Keynes berpendapat bahwa bunga itu adalah semata-mata gejolak moneter, bunga itu adalah suatu pembayaran untuk menggunakan uang. Berdasarkan atas pendapat demikianlah, mengapa Keynes adanya pengaruh uang terhadap sistem prekonomian secara keseluruhan. Seperti di ketahui employment tergantung pada investasi yang pada gilirannya investasi tersebut di pengaruhi oleh (Marginal Of Capital and Interest Rate ). Bunga sebagai gejolak keuangan, tingkatnya di tentukan oleh permintaan akan uang dan juga persediaan uang. Menurut pendapat Keynes, bahwa ada 3 (tiga) motif permintaan uang pada masyarakat, yaitu : Motif Transaksi, Motif Berjaga-jaga, dan Motif Spekulasi. Dengan demikian tingkat tingkat bunga di tentukan oleh: Karena telah dinyatakan bahwa nilai uang di tentukan oleh kedua faktor tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa nilai uanglah yang menentukan tingkat bunga dan faktor permintaan terhadap uang itu oleh Keynes di sebut dengan ’’Liquidity Preference’’. Jadi sesuai dengan term yang di pakai oleh Keynes, bunga itu di tentukan oleh Liquidity Prefrence dan jumlah uang.
menurunkan tingkat suku bunga, investasi dapat di rangsang untuk meningkatkan produksi nasional. Dengan demikian setidaknya Tingkat suku bunga akan naik apabila jumlah uang beredar sedikit dan permintaan terhadapnya besar, sebaliknya bunga turun bilamana jumlah uang beredar besar dan permintaan terhadapnya sedikit. v Faktor permintaan uang v Faktor penawaran uang . Keynes mengasumsikan perekonomian belum mencapai full employment. Oleh karena itu, produksi masih dapat di tingkatkan tanpa mengubah tingkat suku bunga maupun tingkat harga. Dengan untuk jangka pendek, kebijakan moneter, dapat berperan untuk meningkatkan produksi nasional setelah prekonomian berada dalam keadaan full employment, barulah kebijakan moneter tiddak dapat berperan untuk meningkatkan produksi nasional. Tingkat suku bunga dalam teori Keynes, dapat di turunkan dengan cara menambah kredit otorita moneter.
Tinggi rendahnya tingkat suku bunga pinjaman amat di pengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : persaingan, citra nasabah, kondisi ekonomi, kondisi intren bank itu sendiri. Dengan demikian bunga pinjaman antara satu bank dengan bank yang lainnya tidak akan persis sama. Namun, faktor dominan pembentuk suku bunga pinjaman adalah stuktur dana suatu bank yang pada gilirannya menentukan biaya dana (cost of fund).
H.    Perhitungan Tingkat Suku Bunga 
Adapun metode perhituungan tingkat suku bunga, antara lain : Dalam dunia perbankan 4 (empat) metode pricing, yaitu :
A.    Metode Mark up Pricing
Yaitu berdasarkan suku bunga pinjaman yang di dasarkan pada metode penambahan komponen Cost Of Loanable Fund (COLF) dan Overhead Cost (OHC) menghasilkan Cost Of Money (COM) ditambah risk premium dan spread yang di inginkan, sehingga didapat lending rate.
B.     Metode Profit Pricing
Yaitu metode berdasarkan target keuntungan yang dianggarkan. Metode ini di pakai sebagai standar minimum atau target, namun jarang di kenakan pada nasabah karena terlalu banyak variabel yang mempengaruhinya.
C.     Metode Value Pricing.
Yaitu metode yang berdasarkan tinggi rendahnya pada image nasabah terhadap produk bank. Jika image nasabah terhadap produk pinjaman buruk, yang bersangkutan tidak akan bersedia dibebani lending rate yang tinggi atau demikian sebaliknya. a. Metode Pricing 2 Metode Target Pricing.
D.    Metode Going Rate Pricing
Yaitu metode yang berdasarkan rata-rata harga pinjaman dalam industri perbankan. Meskipun terdapat berbagai metode Pricing, mengingat berbagai kelemahan dan kesulitan pelaksanaan di lapangan, metode yang paling umum di gunakan dewasa ini adalah metode Mark Up Pricing.  
Mark Up Pricing dihitung dengan rumusan :
MUP = COF + OHC + risk premium + spread
Sedangkan COF sendiri mencerminkan seluruh biaya bunga dan pemasaran yang dikeluarankan untuk mengumpulkan dana. Di lain pihak tidak semua dana terkumpul tadi dapat dipinjamkan, namun herus ada yang di tahan sebagai reserved requirement. Konsekuensinya dalam penentuan bunga pinjaman adalah bank harus menambahkan biaya reserved requirement ini, sehingga rumusnya menjadi :
Lending Rate = COLF +OHC + risk premium + spread.

I.       Faktor – Faktor Penyebab Kenaikan Tingkat Suku Bunga
Ada berbagai faktor penyebab kenaikan suku bunga pada masa transisi stelah deregulasi 1988, yaitu :
1.      Biaya dana perbankan semakin meningkat setelah dikeluarkannya rangkaian kebijakan deregulasi sejak 1 juni 1983.
2.      Adanya peningkatan dalam pasar uang
3.      Peningkatan pada spread perbankan

J.      Faktor – Faktor Mendorong Penurunan Tingkat Suku Bunga
1.       Kebijakan Bank Indonesia sebagi regulator untuk menjaga keseimbangan pasar guna menjamin terpeliharanya persaingan yang sehat.
2.       Peningkatan ekspor dan pemaskan modal asing. Bank Indonesia berusaha untuk menekan tingkat suku bunga di pasar dalam negeri dengan cara mendorong unit ekonomi mengimpor uang dari luar negeri.
3.       Penghapusan pagu pinjaman luar negeri lembaga-lembaga keuangan. Dengan penghapusan pagu pinjaman luar negeri, lembaga-lembaga keuangan akan meningkatkan pemasukan modal asing. Di tiadakannya Universitas Sumatera Utara 36 pagu pinjaman luar negeri meniadakan cara alokasi pinjaman luar negeri lembaga keuangan di masa lalu.
4.       Pemberian kredit dalam valuta asing. Dengan semakin bebasnya devisa akan membuka kesempatan bagi lembaga keuangan serta badan usaha di indonesia untuk dapat menggunakan instrumen keuangan yang tersedia di pasar uang dan pasar modal internasional untuk melindungi diri dari resiko kerugian karena perubahan tingkat suku bunga.
5.       Target kebijakan moneter. 6. Biaya intermediasi lembaga keuangan dan kredit macet. Diusahakan menurunkan biaya intermediasi melalui efisiensi.

K.    Perkembangan Investasi Serta Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
http://assets.kompas.com/data/photo/2012/10/27/1247164620X310.jpgInvestasi merupakan salah satu komponen pembentuk pertumbuhan ekonomi. Secara sederhana, investasi diartikan sebagai pengeluaran barang modal yang diarahkan untuk menunjang kegiatan produksi atau perluasan produksi (Samuelson dan Nordaus). Ini menjadikan investasi
mempunyai multiplier effect yang luas karena tidak hanya mendorong sisi produksi, namun juga menstimulasi sisi konsumsi. Investasi dalam bentuk penciptaan nilai tambah ekonomi, akan mendorong pembukaan dan perluasan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan masyarakat, dan kemudian pada gilirannya akan menstimulasi konsumsi masyarakat dan kemudian memperdalam pasar domestik. Karena itulah komponen investasi seringkali dijadikan patokan dalam menilai kualitas pertumbuhan ekonomi.
Dalam kerangka MP3EI, komponen investasi memainkan peran yang sangat strategis karena menjadi kunci utama dalam mendorong pembangunan bidang infrastruktur konektivitas dan kegiatan ekonomi di pusat-pusat pertumbuhan. Pemerintah mendorong investor untuk melakukan penanaman modal pada koridor-kodidor ekonomi dalam MP3EI melalui berbagai kebijakan pro investasi berupa insentif fiskal, perbaikan layanan perijinan investasi, stabilitas makro ekonomi, dan kepastian serta perlindungan hukum.
Kinerja investasi saat ini menunjukan trend positif yang cukup solid, bahkan di saat perekonomian global mengalami perlambatan, investasi menjelma menjadi salah satu komponen utama penopang pertumbuhan ekonomi menggantikan kinerja ekspor yang cenderung melambat. Data pertumbuhan ekonomi terbaru keluaran Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat komponen investasi triwulan III 2012 tumbuh 10,02 % dibanding triwulan yang sama tahun 2011 (year on year/yoy). Bersama dengan komponen konsumsi rumah tangga, keduanya menopang pertumbuhan ekonomi berada pada kisaran 6,17 persen.
Indikator positif kinerja investasi lainnya tercermin pada angka realisasi penanaman modal periode Januari–September 2012 yang telah mencapai Rp 229,9 triliun, meningkat 27,0 persen (y.o.y) dari Januari – September 2011 sebesar Rp. 181,0 triliun. Realiasi ini terdiri dari Rp 65,7 triliun PMDN dan Rp 164,2 triliun PMA, dimana masing-masing tumbuh 26,3 persen (y.o.y) dan 27,3 persen (y.o.y). Jika dibandingkan dengan target 2012 sebesar Rp 283,5 triliun, realisasi investasi sampai dengan September telah mencapai 81,1 persen. Sebuah capaian yang layak untuk diapresiasi.
Berbagai perkembangan positif tersebut tentunya tidak terjadi dengan sendirinya. Berbagai faktor saling berinteraksi mendorong tumbuhnya aliran investasi langsung. Terdapat beberapa faktor yang ditengarai mempengaruhi pertumbuhan investasi. Untuk kasus Indonesia, paling tidak terdapat 5 (lima) faktor yang berpengaruh positif terhadap capaian investasi sepanjang 2012.
Pertama, faktor suku bunga pinjaman. Tingkat suku bunga pinjaman yang rendah, kompetitif dan stabil akan menarik minat investor untuk melakukan eskpansi atau pembukaan usaha baru karena terjadi pengurangan beban bunga. Dalam hal ini, BI rate dijadikan sebagai suku bunga acuan bagi penetapan suku bunga simpanan dan pinjaman. Tingkat BI rate yang rendah akan berimbas pada rendahnya suku bunga kredit karena suku bunga simpanan sebagai basis sumber dana perbankan juga akan berada pada posisi yang lebih rendah. Sepanjang tahun 2012, BI rate stabil pada posisi 5,75 bps, nilai ini bertahan sejak Februari - November 2012, dimana sebelumnya berada pada posisi 6 bps (Januari 2012). Terjaganya BI rate memberikan pengaruh pada trend penurunan suku bunga kredit investasi, meskipun selisih antara BI rate dan suku bunga pinjaman (spread) masih cukup lebar. Data Bank Indonesia menunjukkan posisi suku bunga kredit pada September 2012 sebesar 11,35 persen, turun 3,2 persen dari Januari 2012 sebesar 11,73 persen.
Kedua, faktor tingkat pendapatan. Tingginya tingkat pendapatan per kapita mencerminkan tingginya kemampuan atau daya beli masyarakat. World Bank mencatat Gross National Income (GNI) per kapita Indonesia tahun 2011 sebesar 2.940 USD, meningkat 17,6 persen dibanding 2010, dan bahkan selama periode 2007-2011 meningkat sebesar 83,75 persen. Pertumbuhan pendapatan masyarakat memberikan daya tarik yang cukup besar bagi para investor karena menunjukkan tingginya daya beli masyarakat.
Ketiga, pertumbuhan dan ukuran kelas menengah. Salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap keputusan investasi adalah ukuran pasar domestik direpresentasikan oleh jumlah kelompok kelas menengah. Hasil perhitungan ADB dengan menggunakan data SUSENAS BPS, proporsi kelas menengah Indonesia dibanding total populasi meningkat dari 25% pada 1999 menjadi 43% pada 2009. Secara absolut, jumlah kelas menengah meningkat dua kali lipat dalam kurun waktu 10 tahun, dari sekitar 45 juta pada 1999 menjadi 93 juta pada 2009 (ADB, 2010). Survey terbaru Bank Indonesia pada 2011 menunjukkan angka peningkatan yang cukup signifikan. Kelompok kelas menengah Indonesia pada tahun 2011 sebesar 60,9 persen dari total populasi, sedangkan kelompok berpendapatan rendah mencapai 22,1 persen, dan sisanya sekitar 17 persen tergolong kelompok berpendapatan tinggi. Kelompok kelas menengah yang terus tumbuh menjanjikan pasar yang cukup besar sehingga menarik minat para investor untuk melakukan ekspansi atau membuka usaha baru.
Keempat, faktor tingkat inflasi yang rendah dan stabil. Inflasi yang tinggi dan fluktuatif mengambarkan ketidakstabilan dan kegagalan pengendalian kebijakan makro ekonomi. Tingkat inflasi yang tinggi dan fluktuatif membuat investor dihadapkan pada situasi ketidakpastian usaha yang memicu peningkatan resiko proyek dalam investasi. Sampai dengan September 2012, inflasi Indonesia sebesar 3,66 persen (y.o.y), nilai ini jauh di bawah asumsi makro APBN 2012 sebesar 6,8 persen. Keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan tingkat inflasi meningkatkan minat investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia sepanjang tahun 2012.
Kelima, faktor regulasi pemerintah. Iklim investasi yang kondusif memerlukan peran serta pemerintah, tidak hanya melalui pengendalian indikator ekonomi makro namun juga melalui peraturan perundangan berupa insentif fiscal dan non fiskal. Salah satu peraturan yang diterbitkan oleh pemerintah untuk menarik investasi adalah PP 52 Tahun 2011 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal Bidang Usaha Tertentu Dan/Atau Daerah Tertentu. Melalui peraturan ini, Pemerintah memberikan insentif fiskal berupa fasilitas pajak penghasilan badan yang meliputi: (1) Tambahan pengurangan penghasilan neto sebesar 30% dari jumlah Penanaman Modal; (2) penyusutan dan amortisasi yang dipercepat; (3) Pengurangan tarif Pajak Penghasilan atas penghasilan dividen yang dibayarkan kepada subjek pajak luar negeri; (4) Perpanjangan masa kompensasi kerugian.
Selain itu, Pemerintah juga memberikan insentif berupa tax holiday bagi industri pionir untuk mendorong aliran investasi pada sektor-sektor prioritas. Insentif ini diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor PMK-130/PMK.011/2011.  Penerbitan peraturan ini tidak hanya bertujuan meningkatkan kuantitas investasi, namun juga kualitas investasi dalam bentuk mengarahkan investasi pada sektor-sektor prioritas yang dipandang strategis bagi penguatan struktur industry nasional.
Insentif non fiscal dilakukan dalam bentuk pemberian kemudahan pelayanan investasi, khususnya dalam hal penyederhanaan birokrasi layanan perijinan, pengurangan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan perijinan investasi, serta informasi peluang usaha. Pembentukan one stop services pelayanan investasi hingga ke tingkat daerah dimaksudkan dapat membantu investor dalam memotong biaya dan waktu yang dibutuhkan dalam melakukan investasi.
Kinerja investasi sepanjang 2012 ini sudah selayaknya diapresiasi dan terus ditingkatkan. Permasalahan dan tantangan ke depan masih menghadang diantaranya dalam hal perijinan investasi dan infrastruktur pendukung. Peringkat Indonesia untuk kedua kriteria tersebut dalam survey Doing Business 2012 belum begitu menggembirakan karena masih di bawah negara-negara pesaing. Berdasarkan laporan WEF dalam Doing Busines Economic Rangkings,  peringkat daya saing global (Global Competitiveness Index/GCI) Indonesia untuk periode 2012-2013 berada pada posisi 50 dengan skor 4,4 dari 144 negara. Namun permasalahan dan tantangan tersebut harus disikapi secara positif, dalam artian masih terbuka ruang dan potensi yang cukup lebar untuk menggenjot pertumbuhan investasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Upaya-upaya perbaikan seperti layanan one stop service, kerjasama pemerintah swasta, sinergi BUMN, perbaikan iklim ketenagakerjaan, harus tetap dilanjutkan dan ditingkatkan intensitas dan cakupannya, untuk mendukung peningkatan aliran dan kualitas investasi.   
Ekonomi Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan masih tetap positif walaupun ekonomi dunia tetap lemah, namun mempertahankan pertumbuhan invetsasi yang kuat sangat penting, menurut laporan baru yang diterbitkan oleh Bank Dunia hari ini. Dalam Triwulanan Perkembangan Ekonomi Indonesia edisi bulan Desember 2012, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,1 persen untuk tahun 2012, sedikit meningkat di tahun 2013 menjadi 6,3 persen. Proyeksi ini mengasumsikan konsumsi domestik dan pertumbuhan investasi masih bertahan kuat, dengan membaiknya pertumbuhan mitra dagang utama Indonesia secara bertahap yang juga sedikit mendorong pemulihan nilai ekspor. “Outlok ekonomi dunia masih dibayangi ketidakpastian dan rentan terhadap tekanan-tekanan, jadi ini bukan waktu untuk berpuas diri,” kata Stefan Koeberle, World Bank Country Director untuk Indonesia. “Hasil dari negosiasi “jurang fiskal” di AS, perkembangan di zona Euro, dan juga berlanjutnya perlambatan ekonomi China, dapat mempengaruhi proyeksi pertumbuhan baseline kami. Dan pertumbuhan investasi dalam negeri – yang telah berperan penting terhadap kuatnya kinerja ekonomi Indonesia belakangan ini – juga menghadapi sejumlah risiko.” Setelah tumbuh pesat dalam beberapa tahun terakhir, investasi kini mencapai sepertiga dari seluruh belanja barang-barang dan jasa Indonesia. Investasi meningkat 10 persen tahun-ke-tahun pada kuartal ketiga dan memberikan dorongan hampir 40 persen terhadap pertmbuhan PDB yang kuat dalam kuartal ketiga sebesar 6,2 persen tahun-ke-tahun. Walaupun sejauh ini investasi masih tetap bertahan kuat, investasi dan harga komoditas dunia cenderung bergerak searah, sehingga perkiraan investasi Indonesia dapat melemah dimana penurunan penerimaan yang berkaitan dengan komoditas mempengaruhi ekonomi secara luas. Sejumlah pengumuman peraturan dan perundangan sepanjang tahun telah menambah risiko ketidakpastian kebijakan dalam negeri, yang dapat membawa dampak negatif terhadap sentimen investor, yang masih rapuh secara global.

“Kerangka kebijakan yang kuat adalah kunci untuk memfasilitasi investor untuk dapat membuat perencanaan ke depan dan menjaga kepercayaan terhadap masa depan yang mendorong investasi” ujar Ndiamé Diop, World Bank Lead Economist and Economic Advisor untuk Indonesia. “Menjelang pemilihan umum tahun 2014, kebijakan investasi dan dunia usaha Indonesia akan berada di bawah soroton. Dengan terus meningkatkan lingkungan peraturan dan secara efektif mengkomunikasikan reformasi-reformasi baru merupakan langkah-langkah penting yang dapat mendukung perkiraan investasi dan terus mendorong pertumbuhan yang kuat.” Proses tahunan untuk menetapkan upah minimum yang rumit dan penuh dengan perdebatan juga turut menjadi sorotan. Menimbang pentingnya upah minimum itu bagi kesejahteraan pekerja, dan secara potensial, bagi pertumbuhan ekonomi, proses negosiasi upah minimum dapat diperbaiki melalui pendekatan yang lebih menyeluruh, teknis dan inklusif dalam  proses tawar-menawar di pasar tenaga kerja, dengan memastikan bahwa seluruh pemangku kepentingan, termasuk pekerja sektor informal, telah terwakili. Laporan Triwulanan Desember ini juga membahas tantangan-tantangan pembangunan jangka menengah yang dihadapi oleh Indonesia, dan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemajuannya. Sebagai contoh, bagaimana semakin meningkatkan penyediaan dan akses layanan publik di seluruh Indonesia, mengatasi ketidak merataan kemajuan dalam penyediaan layanan infrastruktur, kesehatan dan pendidikan, seperti terlihat pada Sensus Infrastruktur Desa yang baru dilakukan. Pentingnya kesiapan menghadapi risiko bencana alam juga dibicarakan pada laporan. Sebagai contoh, keberhasilan upaya pemulihan pasca bencana alam yang besar di Sumatra dan Jawa telah memberikan contoh bagaimana membangun ketahanan terhadap risiko-risiko bencana, termasuk risiko musibah banjir di Jakarta.
            BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari hasil penulisan makalah diatas maka dapat kita simpulkan bahwa :
investasi merupakan suatu pengeluaran sejumlah dana dari investor atau pengusaha guna membiayai kegitan produksi untuk mendapatkan profit di masa yang akan datang.
Secara umum investasi dibagi menjadi 2 yaitu :
3.      Investasi yang terdorong (Induced Invesment)
4.      Investasi otonom (Outonomous Invesment)
Sumber – sumber investasi dapat dilihat melalui :
1. Investasi oleh masyarakat swasta nasional
2. Investasi oleh pihak Asing
Investasi yang ditanam di suatu negara atau daerah, di tentukan oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Tingkat keutungan yang diramalkan
2. Tingkat Bunga
3. Ramalan mengenai ekonomi di maasa depan
4. Kemajuan teknologi
5. Tingkat pendapatan nassional dan perubahannya
6. Keuntungan yang di peroleh
7. Situasi politik
8. Pengeluaran yang di lakukan pemerintah.
9. Kemudahan yang di berikan oleh pemerintah setempat.
Teori yang menerangkan terjadinya suku bunga di antaranya adalah :
a.       Teori Klasik
b.      Teori Keynes
Adapun metode perhituungan tingkat suku bunga, antara lain : Dalam dunia perbankan 4 (empat) metode pricing, yaitu :
E.     Metode Mark up Pricing
F.      Metode Profit Pricing
G.    Metode Value Pricing.
H.      Metode Going Rate Pricing
Ada berbagai faktor penyebab kenaikan suku bunga pada masa transisi stelah deregulasi 1988, yaitu :
4.      Biaya dana perbankan semakin meningkat setelah dikeluarkannya rangkaian kebijakan deregulasi sejak 1 juni 1983.
5.      Adanya peningkatan dalam pasar uang
6.      Peningkatan pada spread perbankan
Untuk kasus Indonesia, paling tidak terdapat 5 (lima) faktor yang berpengaruh positif terhadap capaian investasi sepanjang 2012.
1.      Pertama, faktor suku bunga pinjaman.
2.      Kedua, faktor tingkat pendapatan
3.      Ketiga, pertumbuhan dan ukuran kelas menengah
4.      Keempat, faktor tingkat inflasi yang rendah dan stabil
5.      Kelima, faktor regulasi pemerintah.

B. Saran

Saya  berharap agar pemerintah Indonesia tanggap terhadap perkembangan investasi dan tingkat suku bunga sehingga pemerintah dapat melihat perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan demikian pemerintah dapat mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan. Tidak hanya dari kalangan atas atau menengah saja tetapi pemerintah juga harus melihat kesejahteraan dari kalangan bawah. Sehingga pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Indonesia dapat dirasakan oleh semua kalangan atau seluruh masyarakat Indonesia.


           





DAFTAR PUSTAKA
        
         www.google.com
         www.detik.com

id.wikipedia.com
sudono sukirno , teori ekonomi makro.Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, jakarta

           









LAMPIRAN
http://www.indonesiainfrastructure.org/imgs/IIICE12GlobalHeader.png




http://www.indonesiainfrastructure.org/imgs/IIICE10-5_thumb.jpg
http://www.ntbprov.go.id/img_news/tingkat_investasi1.jpghttp://www.indonesiainfrastructure.org/imgs/IIICE10-1_thumb.jpg