KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadiratAllah SWT, atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul:
“
PERKEMBANGAN INVESTASI DAN SUKU
BUNGA DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
“
Saya menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Allah SWT dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan
ini saya mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, saya telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
selesai dengan baik dan oleh karenanya, saya dengan rendah hati dan dengan tangan
terbuka menerima masukan,saran dan kritik guna penyempurnaan makalah ini.
Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, 27 Desember 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………………......….......1
Daftar Isi
…………………………………………………………………………………......2
Daftar Tabel
……………………………………………………………..............3
BAB I Pendahuluan
A.
Latar
Belakang ……………………………………………………............……5
B.
Rumusan
Masalah …………………………………………………...........……6
C.
Tujuan
Penelitian……………………………………………………………..........…...6
D.
Manfaat
Penelitian ……………………………………………………..........….6
BAB II Pembahasan
A.
Pengertian
Investasi ……………………………………………………………...7
B.
Jenis
– Jenis Investasi …………………..……………………………………......…….....8
C.
Sumber
– Sumber Dana Investasi ………………………………………………………...9
D.
Faktor
– Faktor Yang Mempengaruhi Laju Investasi ...……………………………..…….....9
E.
Pengaruh
Investasi Dalam Perekonomian …………………………………………….......10
F.
Tingkat
Suku Bunga ………………………………………......……………............14
G.
Teori
– Teori Suku Bunga ……………………………………………...........14
H.
Perhitungan
Tingkat Suku Bunga ……………………………………………….…........ 16
I.
Faktor
– Faktor Penyebab Kenaikan Tingkat Suku Bunga …………………............… 18
J.
Faktor
– Faktor Mendorong Penurunan Tingkat Suku Bunga ………...………........…. 18
K.
Perkembangan
Investasi Serta Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia …………............... 19
BAB III Penutup
A.
Kesimpulan
……………………………………………….........…….........…. 27
B.
Saran
……………………………………....................................................
29
Daftar Pustaka …………………...................…..………...... ........30
Lampiran …………………………………………………………........ 31
DAFTAR
TABEL
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu teori ekonomi pembangunan yang sampai sekarang masih digunakan adalah teori Tabungan dan Investasi oleh Harrod-Domar. Dalam teori ini mencapai kesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi. Kalau tabungan dan investasi rendah maka pertumbuhan ekonomi suatu Negara juga akan rendah. Masalah pembangunan pada dasarnya merupakan masalah menambahkan investasi modal, masalah keterbelakangan adalah masalah kekurangan modal. Kalau ada modal dan modal itu diinvestasikan hasilnya adalah pembangunan ekonomi.
Dewasa ini hampir di semua negara, khususnya negara berkembang membutuhkan modal asing. Modal asing itu merupakan suatu hal yang semakin penting bagi pembangunan suatu negara. Sehingga kehadiran investor asing nampaknya tidak mungkin dihindari. Yang menjadi permasalahan bahwa kehadiran investor asing ini sangat dipengaruhi oleh kondisi internal suatu negara, seperti stabilitas ekonomi, politik negara, penegakan hukum. Selain itu tingkat suku bunga adalah pengaruh yang sangat penting bagi pekembangan investasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Tingkat suku bunga akan memberikan banyak informasi mengenai perkembangan nilai investasi.
Dalam makalah ini saya akan
menjelaskan tentang perkembangan investasi dan tingkat suku bunga dengan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah
pengertian investasi ?
2.
Apa
saja jenis-jenis investasi ?
3.
Apa
saja sumber – sumber investasi ?
4.
Apa
saja factor – factor yang mempengaruhi laju investasi ?
5.
Apakah
pengaruh investasi dalam perekonomian ?
6.
Apakah
tingkat suku bunga ?
7.
Apa
saja teori – teori tentang suku bunga ?
8.
Bagaimanakah
perhitungan tingkat suku bunga ?
9.
Bagaimanakah
kenaikan tingkat suku bunga ?
10. Apa saja factor – factor yang
mendorong penurunan tingkat suku bunga ?
11. Bagaimanakah perkembangan investasi
serta pertumbuhan ekonomi di Indonesia ?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah untuk menjawab seluruh yang menjadi rumusan masalah pada
makalah yang saya tulis.
D.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penulisan makalah ini
diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak,semoga dengan adanya
makalah ini kita menjadi lebih memahami dan mengerti mengenai perkembangan
investasi dan tingkat suku bunga di Indonesia. Dengan demikian secara tidak
langsung kita telah tahu perkembangan ekonomi di negara kita
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Investasi
Ada banyak peendapat yang di
kemukakan oleh berbagai pihak terhadap pengertian tentang investasi. Secara
umum investasi adalah meliputi pertambahan barang-barang dan jasa dalam
masyarakat, seperti pertambahan mesin-mesin baru, pembuatan jalan
baru,pembukaan tanah baru dan sebagainya. Investasi juga di artikan sebagai
pengeluaran yang di lakukan oleh para pengusaha untuk membeli barang-barang
modal dan membina industri- industri.
Dalam perhitungan pendapatan nasional
dan ststistik, investasi meliputi hal yang lebih luas lagi. Dalam perhitungan
pendapatan nasional, investasi meliputi hal-hal:’’ Seluruh nilai pembelian
pengusaha atas barang-barang modal dan pembelanjaan untuk mendirikan
industri-industri, pengeluaran masyarakat untuk mendirikan rumah-rumah dan
tempat tinggal, pertambahan dalam nilai stok barang-barang berupa bahan mentah,
barang yang belum selesai di proses dan barang jadi”.
Dalam model keynesian dimana di
asumsikan bahwa semua pendapatan harus dikeluarkan untuk di konsumsi
atau di tabung, dan jumlah prekonomian dapat di bagi dua yaitu antara
pengeluaran untuk barang-barang konsumsi dan barang modal, dan posisi
keseimbangan dalam prekonomian di tentukan pada saat jumlah penerimaan yang
sama dengan jumlah pengeluaran sehinggai investasi sana nilainya denga
tabungan.
Dalam kaitanya
dengan perusahaan dimana perusahan melakukan investigasi guna mendapatkan
profit yang sebesar-besarnya, di mana dana investasi tersebut salah satunya
bersumber dari dana masyarakat yang di tabung pada lembaga-lembaga keuangan,
maka dapat di kemukakan bahwa : Investasi merupakan pengeluaran perusahaan
secara keseluruhan yang mencakup pengeluaran untuk membeli bahan baku/material,
mesin-mesin dan peralatan pabrik serta semua modal lain yang di perlukan dalam
proses produksi. Pengeluaran untuk keperluan bangunan kantor, pabrik tempat
tinggal karyawan dan bangunan kontruksi lainnya. Perubahan nilai stok atau
barang cadangan sebagai akibat dari perubahan jumlah dan harga”.
Sementara itu Dj.
A Simarmata dalam bukunya mendeefinisikan investasi yang lebih luas yang di
kaitkan dengan perkeembangan pasar modal sekarang yakni : Investasi adalah
setiap kegiatan yang hendak menanamkan uang dengan aman.
Dari berbagai
pendapat tentang definisi mengenai investasi, maka terdapat satu kesamaan arti
yaitu investasi merupakan suatu pengeluaran sejumlah dana dari investor atau
pengusaha guna membiayai kegitan produksi untuk mendapatkan profit di masa yang
akan datang.
B.
Jenis – Jenis Investasi
Secara umum investasi dibagi menjadi 2 yaitu :
1.
Investasi yang terdorong (Induced Invesment)
Investasi yang
terdorong (induced Invesment), yakni investasi yang idak diadakan akibat
adanya penambahan perminntaan, pertambahan permintaan yang di akibatkan
pertambahan pendapatan. Jelasnya apabila pendapatan bertambah, maka tambahan
permintaan akan di gunakan untuk konsumsi, sedang pertambahan konsumsi pada
dasarnya adalah tambahan permintaan. Sudah pasti apabila ada tambahan
permintaan, maka akan mendorong berdirinya pabrik baru atau memperluas pabrik
lama untuk dapat memenuhi tambahan permintaan tersebut.
2.
Investasi otonom (Outonomous Invesment)
Investasi otonom (OutonomouInvesment),
yaitu investasi yang di laksanakan atau diadakan secara bebas, artinya
investasi yang di adakan bukan karena pertambahan permintaan efektif, tetapi
justru untuk menciptakan atau menaikkan permintaan efektif. Besarnya investasi
otonom tidak tergantung kepada besar kecilnya pendapatan nasional atau daerah.
Investasi otonom berarti pembentukan modal yang tidak di pengaruhi oleh
pendapatan naasional. Dengan kata lain, tinggi rendahnya pendapatan nasional
tidak menentukan jumlah investasi yang di lakukan oleh perusahaan-perusahaan.
C.
Sumber – Sumber Dana Investasi
Sumber – sumber investasi dapat dilihat melalui :
1. Investasi oleh masyarakat swasta nasional
2. Investasi oleh pihak Asing
Investasi oleh masyarakat lebih banyak di lakukan
dengan tujuan mendapatkan keuntungan atau motif bisnis, begitu juga dengan
investasi asing atau penanaman modal luar negeri dengan tujuan mendapatkan
keuntungan atau motif bisnis di lain sisi kita mendapatkan dampak positifnya.
D.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Investasi
Investasi yang ditanam di suatu negara atau daerah, di
tentukan oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Tingkat keutungan yang diramalkan
2. Tingkat Bunga
3. Ramalan mengenai ekonomi di maasa depan
4. Kemajuan teknologi
5. Tingkat pendapatan nassional dan perubahannya
6. Keuntungan yang di peroleh
7. Situasi politik
8. Pengeluaran yang di lakukan pemerintah.
9. Kemudahan yang di berikan oleh pemerintah setempat.
E.
Pengaruh
Investasi Dalam Perekonomian
Investasi dalam
berbagai bentuknya akan memberikan banyak pengaruh kepada prekonomian suatu
negara atupun dalam cakupan yang lebih kecil yakni daerah. Karena dengan
terciptanya investasi akan membawa suatu negara pada kegiatan ekonomi tertentu.
Investasi yang akan berlanjut dengan suatu proses produksi akan menciptakan
lapang kerja, menciptakan barang-barang dan jasa untuk di pasarkan kepada
konsumen, dan interaksi antara produsen, dalam hal ini investor, dan konsumen
dalam menawarkan dan mengkonsumsi barang-barang atu jasa, dan pada giliranya
akan menciptakan kemejuan prekonomian dalam suatu Negara.
Adanya fluktuasi dalam investasi seperti yang terlihat
dalam ’’ business cycle’’ merupakan salah satu dampak dari adanya
investasi di dalam suatu perekonomian.
Pengeluaran investasi merupakan topik utama dalam
ekonomi makro karena dua alasan berikut:
Fluktuasi investasi sangatlah besar sesuai dengan
perubahan GDP (Gross Domestc Product), misalnya karena adanya business
cycle.
Pengeluaran investasi menentukan tingkat pertambahan
stok kapital dalam prekonomian, dimana stok kapital ini sangat menentukan
tingkat pertumbuhan suatu negara dalam jangka panjang
Pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi suatu
negara atau daerah dapat di lihat pula melalui multi flier effect yang
di timbulkannya. Multiflier effect atau efek dari pengganda dari
investasi tersebut dapat di tuliskan denagan : KI =dimana MPC merupakan
besarnya hasrat untuk mengkonsumsi. ,11MPC−
Sehingga jika suatu investasi di tanamkan di suatu
prekonomian, dampaknya terhadap terhadap pendapatan nasional/daerah tidak hanya
sebesar nilai investasi yang di tanamkan nya, tetapi sebesar nilai investasi
yang di tanamkan di kalikan dengan angka penggandanya. Jadi, misalnya di dalam
suatu prekonomian , investasi yang di tanamkan sebesar 10juta, dengan nilai MPC
suatu masyarakat 2/3, maka pertambahan pendapatan yang di timbulkan akibat
pertambahan investasi sebesar : KI = I KI Y Δ x = Δ 10 Juta x 3 = 30Juta. Namun,
investasi yang di tanamkan dalam prekonomian salah satunya ditentukan oleh
adanya permintaan dari masyarakat, yaitu berupa konsumsi atas barang-barang
konsumsi dan jasa yang di hasilkan oleh perusahaan sehingg merangsang tumbhnya
investasi-investasi baru. Karena seperti kita ketaui bahwa pendapatan yang
diperoleh masyarakat akan di gunakan untuk konsumsi dan mungkin sebahagian lagi
untuk di tabung. Sehingga apabila penggunaan pendapatan untuk konsumsi
dilambangkan denga C, dan penggunaan pendapatan yang di terima dilambangkan
dengan Y, maka perumusan menjadi Y= C + S. Seandainya keseluruhan pendapatan
masyarakat itu dikonsumsikan keseluruhannya (MPC=1), sehinga besarnya K
menjadi tidak terhingga, maka besarnya pertambahan pendapatan nasional juga
menjadi tidak terhingga. Khusus kondisi di negara berkembang, dimana income
masyarakat relatif rendah, kendati , 33 / 2 1 1 = − sehingga pertambahan
nasional yang di timbulkan : pendapatan masyarakat yang diterima diasumsikan
keseluruhan dampaknya terhadap pertamabahan pendapatan nasional tidak akan
terlalu besar. Hal ini di sebabkan karena kemampuan dalam pembentukan modal
juga relatf rendah yang di sebabkan oleh lemahnya kemampuan menabung dari
masyarakatnya yang tentu saja akan menciptakan kondisi yang kondusif bagi
terciptanya lembaga-lembaga keuangan padahal faktor-fator tersebut sangat di
perlukan di dalam proses pembangunan guna memacu pertumbuhan ekonomi.
Pembentukan modal merupakan faktor yang paling penting dan strategis di dalam
proses pembangunan ekonommi. Pembentukan modal bahkan disebut sebaagai ’’kunci
utama menuju pembangunan ekonomi’’.
Proses ini berjalan melewati 3(tiga) tingkatan : Pembentukan modal
juga berarti pembentukan keahlian kerap kali berkembang sebagai akibat
pembentukan modal. Pembentukan keahlian jelas merupakan salah satu
dampak dari adanya perkembangan investasi. Investasi yang terus berkembang akan
menuntut perkembangan sumber-sumber v Kenaikan tabungan nyata yang tergantung pada kemauan dan
kemampuan untuk menabung. v Keberadaan lembaga
kredit dan keuangan untuk mengalahkan dan menyalurkan tabungan agar dapat
menjadi dana yang dapat di investasikan. v Pengunaan tabungan untuk tujuan investasi dalam barang-barang
modal pada perusahaan. daya termasuk keahlian tenega kerja yang sesuai dengan
perkembangan teknologi yang ada. Pembentukan atau penciptaan modal Pembentukan
atau penciptaan modal akan menjadi sia-sia kalo tidak ada faktor-faktor lain
yang menunjang pertumbuhan ekonomi oleh karena itu, kehadiran sekelompok atau
segolongan orang yang benar-benar tertairk pada pembangunan ekonomi, mempunyai
kemauan menabung dan bersedia bekerja dengan imbalan material, merupakan
prasyarat bagi kemajuan suatu prekonomiandaya termasuk keahlian tenega kerja
yang sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada.
Pembentukan atau
penciptaan modal akan menjadi sia-sia kalo tidak ada faktor-faktor lain yang
menunjang pertumbuhan ekonomi oleh karena itu, kehadiran sekelompok atau
segolongan orang yang benar-benar tertairk pada pembangunan ekonomi, mempunyai
kemauan menabung dan bersedia bekerja dengan imbalan material, merupakan
prasyarat bagi kemajuan suatu prekonomian. Harold dan Domar memberikan
peranan kunci kepada investasi di dalam proses pertumbuhan ekonomi, khusuusnya
mengenai peran ganda yang di miliki investasi, yaitu :
Kedua hal ini sebagai dampak dari adanya permintaan
dan penawaran investasi. Karena itu selama investasi berklangsung, pendapatan
nyata dan output akan senantiasa membesar. Namun demikian, untuk mempertahan
tingkat ekuilibirium pendappatan pada tingkat full emfloyment dari tahun ke
tahun, baik pendapatan nyata maupun output tersebut, keduanya harus meningkat
dalam laju yang sama pada saat kapasitas modal meningkat. Karena kalau tidak,
setiap perbedaan keduanya akan menimbulkan kelebihan kapasitas modal meningkat.
1. Menciptakan pendapatan. 2. Memperbesar kapasitas produksi prekonomian dengan
cara meningkatkan stok kapital. Karena kalau tidak, setiap perbedaan keduanya
akan menimbulkan kelebihan kapasitas atau ada kapasitas yang menganggurHal ini
memaksa para investor membatasi pengeluaran investasinya sehingga pada ahirnya
akan berpengaruh buruk pada prekonomian yaitu berupa menurunnya pendapatan dan
pekerjaan pada periode berikutnya. Jadi, apabila pekerjaan ingin di pertahankan
dalam jangka waktu yang panjang, maka investasi harus senantiasa diperbesar.
Dalam konteks yang lain, penciptaan investasi juga
membawa pengaruh perkembangan suatu daerah. Dampak tersebut disebut dengan spread
effect. Yaitu apabila suatu investasi yang di tanamkan di dalam suatu
daerah membawa pengaruh positif bagi daerah lainnya. Seperti timbulnya
industri-industri perlengkapan atau penunjang bagi industri utama di daerah
pusat investasi.
F.
Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga adalah harga dari
penggunaan uang atau bisa juga di pandang sebagai sewa atau penggunaan uang untuk jangka waktu
tertentu.Suku bunga di gunakan untuk mengartikan 2 (dua) hal yang berbeda yaitu
:
Tingkat suku bunga juga merupakan jumlah bunga yang di
bayarkan per unit dari waktu. Dengan kata lain, pengembalian karena kesempatan
meminjam dana individu harus membayar jumlah jumlah yang pasti tiap tahun.
Harga dari meminjam dana , di ukur dalam dollar per tahun per dollar yang di
pinjam.
G.
Teori – Teori Suku Bunga
Teori yang
menerangkan terjadinya suku bunga di antaranya adalah :
a. Teori Klasik
Teori ekonomi klasik
mengenai tingkat suku bunga yang beranjak dari teori ekonomi mikro, merupakan
nilai balas jasa modal. Dengan demikian dapat di 1. Harga yang dii bayar oleh
debitur kepada kreditur karena penggunaan dana pinjaman. 2. Pengembalian pasar
yang di peroleh dari modal ssebagai faktor produksi suku bunga adalah pembayaran
yaang di lakukan akibat penggunaan dana. Jelaskan bahwa suku bunga menurut klasik
adalah harga dari penggunaan dana yang tersedia untuk di pinjamkan (loanable
fund). Harga ini terjadi di pasar dana investasi. Keseluruhan dari investasi atau
jumlah keseluruhan mereka akan dana akan membentuk permintaan loanable fund,
dari proses tawar menawar antar mereka akan di hasilkan tingkat bunga
sebagai harga dari loanable fund yang di gunakan investor.
Dalam teori klasik,
stok barang modal dicampur adukan dengan uang dan keduanya dianggap mempunyai
hubungan subtitutif. Semakin langka modal semakin tinggi tingkat suku bunga dan
demikian sebaliknya. Fungsi yang menonjol dari uang, dalam teori ekonomi
klasik, adalah sebagai alat pengukur nilai dalam melakukan transaksi, sebagai
alat pertukaran untuk memperlancar transakssi barang-barang dan jasa-jasa
maupun sebagai alat penyelesaian hubungan hutang piutang yang menyangkut masa
depan.
Teori ekonomi klasik
mengasumsikan bahwa prekonomian senantiasa dalam keadaan full employment, kecuali
meningkatkan efisiensi dan mendorong terjadinya spesialisasi pekerjaan, uang
tidak dapat mempengaruhi sektor produksi.
Dengan perkatan lain
sektor moneter, dalam teori ekonomi klasik, terpisah sama sekali dari setor
rill dan tidak ada pengaruh timbal balik antara keddua sektor tersebut.
Hubungan kedua sektor di jembatani oeh tingkat harga. Jika jumlah uang beredar
lebih besar daripada nilai barang-barang dan jasa yang terseddia , tingkat
harga meningkat.
b. Teori Keynes
Keynes berpendapat
bahwa bunga itu adalah semata-mata gejolak moneter, bunga itu adalah suatu
pembayaran untuk menggunakan uang. Berdasarkan atas pendapat demikianlah,
mengapa Keynes adanya pengaruh uang terhadap sistem prekonomian secara
keseluruhan. Seperti di ketahui employment tergantung pada investasi yang pada
gilirannya investasi tersebut di pengaruhi oleh (Marginal Of Capital and Interest
Rate ). Bunga sebagai gejolak keuangan, tingkatnya di tentukan oleh
permintaan akan uang dan juga persediaan uang. Menurut pendapat Keynes, bahwa
ada 3 (tiga) motif permintaan uang pada masyarakat, yaitu : Motif Transaksi,
Motif Berjaga-jaga, dan Motif Spekulasi. Dengan demikian tingkat tingkat bunga
di tentukan oleh: Karena telah dinyatakan bahwa nilai uang di tentukan oleh
kedua faktor tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa nilai uanglah yang
menentukan tingkat bunga dan faktor permintaan terhadap uang itu oleh Keynes di
sebut dengan ’’Liquidity Preference’’. Jadi sesuai dengan term yang di
pakai oleh Keynes, bunga itu di tentukan oleh Liquidity Prefrence dan
jumlah uang.
menurunkan tingkat suku bunga, investasi dapat di
rangsang untuk meningkatkan produksi nasional. Dengan demikian setidaknya
Tingkat suku bunga akan naik apabila jumlah uang beredar sedikit dan permintaan
terhadapnya besar, sebaliknya bunga turun bilamana jumlah uang beredar besar
dan permintaan terhadapnya sedikit. v Faktor permintaan uang v Faktor penawaran uang . Keynes mengasumsikan
perekonomian belum mencapai full employment. Oleh karena itu, produksi masih
dapat di tingkatkan tanpa mengubah tingkat suku bunga maupun tingkat harga.
Dengan untuk jangka pendek, kebijakan moneter, dapat berperan untuk
meningkatkan produksi nasional setelah prekonomian berada dalam keadaan full
employment, barulah kebijakan moneter tiddak dapat berperan untuk
meningkatkan produksi nasional. Tingkat suku bunga dalam teori Keynes, dapat di
turunkan dengan cara menambah kredit otorita moneter.
Tinggi rendahnya tingkat suku bunga pinjaman amat di
pengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : persaingan, citra nasabah, kondisi
ekonomi, kondisi intren bank itu sendiri. Dengan demikian bunga pinjaman antara
satu bank dengan bank yang lainnya tidak akan persis sama. Namun, faktor
dominan pembentuk suku bunga pinjaman adalah stuktur dana suatu bank yang pada
gilirannya menentukan biaya dana (cost of fund).
H.
Perhitungan Tingkat Suku
Bunga
Adapun metode perhituungan tingkat suku bunga, antara
lain : Dalam dunia perbankan 4 (empat) metode pricing, yaitu :
A.
Metode Mark up
Pricing
Yaitu berdasarkan suku bunga pinjaman yang di dasarkan
pada metode penambahan komponen Cost Of Loanable Fund (COLF) dan Overhead
Cost (OHC) menghasilkan Cost Of Money (COM) ditambah risk premium
dan spread yang di inginkan, sehingga didapat lending rate.
B.
Metode Profit
Pricing
Yaitu metode berdasarkan target keuntungan yang
dianggarkan. Metode ini di pakai sebagai standar minimum atau target, namun
jarang di kenakan pada nasabah karena terlalu banyak variabel yang
mempengaruhinya.
C.
Metode Value
Pricing.
Yaitu
metode yang berdasarkan tinggi rendahnya pada image nasabah terhadap produk
bank. Jika image nasabah terhadap produk pinjaman buruk, yang bersangkutan
tidak akan bersedia dibebani lending rate yang tinggi atau demikian sebaliknya.
a. Metode Pricing 2 Metode Target Pricing.
D. Metode
Going Rate Pricing
Yaitu
metode yang berdasarkan rata-rata harga pinjaman dalam industri perbankan.
Meskipun terdapat berbagai metode Pricing, mengingat berbagai kelemahan dan
kesulitan pelaksanaan di lapangan, metode yang paling umum di gunakan dewasa
ini adalah metode Mark Up Pricing.
Mark Up Pricing dihitung dengan rumusan :
MUP = COF + OHC + risk premium + spread
Sedangkan COF sendiri mencerminkan seluruh biaya bunga
dan pemasaran yang dikeluarankan untuk mengumpulkan dana. Di lain pihak tidak
semua dana terkumpul tadi dapat dipinjamkan, namun herus ada yang di tahan
sebagai reserved requirement. Konsekuensinya dalam penentuan bunga
pinjaman adalah bank harus menambahkan biaya reserved requirement ini,
sehingga rumusnya menjadi :
Lending
Rate = COLF +OHC + risk premium + spread.
I.
Faktor
– Faktor Penyebab Kenaikan Tingkat Suku Bunga
Ada berbagai faktor penyebab kenaikan suku bunga pada
masa transisi stelah deregulasi 1988, yaitu :
1. Biaya
dana perbankan semakin meningkat setelah dikeluarkannya rangkaian kebijakan
deregulasi sejak 1 juni 1983.
2. Adanya
peningkatan dalam pasar uang
3. Peningkatan
pada spread perbankan
J.
Faktor
– Faktor Mendorong Penurunan Tingkat Suku Bunga
1. Kebijakan
Bank Indonesia sebagi regulator untuk menjaga keseimbangan pasar guna menjamin
terpeliharanya persaingan yang sehat.
2. Peningkatan
ekspor dan pemaskan modal asing. Bank Indonesia berusaha untuk menekan tingkat
suku bunga di pasar dalam negeri dengan cara mendorong unit ekonomi mengimpor
uang dari luar negeri.
3. Penghapusan
pagu pinjaman luar negeri lembaga-lembaga keuangan. Dengan penghapusan pagu
pinjaman luar negeri, lembaga-lembaga keuangan akan meningkatkan pemasukan
modal asing. Di tiadakannya Universitas Sumatera Utara 36 pagu pinjaman luar
negeri meniadakan cara alokasi pinjaman luar negeri lembaga keuangan di masa
lalu.
4. Pemberian
kredit dalam valuta asing. Dengan semakin bebasnya devisa akan membuka
kesempatan bagi lembaga keuangan serta badan usaha di indonesia untuk dapat
menggunakan instrumen keuangan yang tersedia di pasar uang dan pasar modal
internasional untuk melindungi diri dari resiko kerugian karena perubahan
tingkat suku bunga.
5. Target
kebijakan moneter. 6. Biaya intermediasi lembaga keuangan dan kredit macet.
Diusahakan menurunkan biaya intermediasi melalui efisiensi.
K.
Perkembangan
Investasi Serta Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Investasi
merupakan salah satu komponen pembentuk pertumbuhan ekonomi. Secara sederhana,
investasi diartikan sebagai pengeluaran barang modal yang diarahkan untuk
menunjang kegiatan produksi atau perluasan produksi (Samuelson dan
Nordaus). Ini menjadikan investasi
mempunyai multiplier
effect yang luas karena tidak hanya mendorong sisi produksi, namun juga
menstimulasi sisi konsumsi. Investasi dalam bentuk penciptaan nilai tambah
ekonomi, akan mendorong pembukaan dan perluasan lapangan pekerjaan, peningkatan
pendapatan masyarakat, dan kemudian pada gilirannya akan menstimulasi konsumsi
masyarakat dan kemudian memperdalam pasar domestik. Karena itulah komponen
investasi seringkali dijadikan patokan dalam menilai kualitas pertumbuhan
ekonomi.
Dalam
kerangka MP3EI, komponen investasi memainkan peran yang sangat strategis karena
menjadi kunci utama dalam mendorong pembangunan bidang infrastruktur
konektivitas dan kegiatan ekonomi di pusat-pusat pertumbuhan. Pemerintah
mendorong investor untuk melakukan penanaman modal pada koridor-kodidor ekonomi
dalam MP3EI melalui berbagai kebijakan pro investasi berupa insentif fiskal,
perbaikan layanan perijinan investasi, stabilitas makro ekonomi, dan kepastian
serta perlindungan hukum.
Kinerja
investasi saat ini menunjukan trend positif yang cukup solid, bahkan di saat
perekonomian global mengalami perlambatan, investasi menjelma menjadi salah
satu komponen utama penopang pertumbuhan ekonomi menggantikan kinerja ekspor
yang cenderung melambat. Data pertumbuhan ekonomi terbaru keluaran Badan Pusat
Statistik (BPS) mencatat komponen investasi triwulan III 2012 tumbuh 10,02 %
dibanding triwulan yang sama tahun 2011 (year on year/yoy). Bersama
dengan komponen konsumsi rumah tangga, keduanya menopang pertumbuhan ekonomi
berada pada kisaran 6,17 persen.
Indikator
positif kinerja investasi lainnya tercermin pada angka realisasi penanaman
modal periode Januari–September 2012 yang telah mencapai Rp 229,9 triliun,
meningkat 27,0 persen (y.o.y) dari Januari – September 2011 sebesar
Rp. 181,0 triliun. Realiasi ini terdiri dari Rp 65,7 triliun PMDN dan Rp 164,2
triliun PMA, dimana masing-masing tumbuh 26,3 persen (y.o.y) dan 27,3
persen (y.o.y). Jika dibandingkan dengan target 2012 sebesar Rp 283,5
triliun, realisasi investasi sampai dengan September telah mencapai 81,1
persen. Sebuah capaian yang layak untuk diapresiasi.
Berbagai
perkembangan positif tersebut tentunya tidak terjadi dengan sendirinya.
Berbagai faktor saling berinteraksi mendorong tumbuhnya aliran investasi
langsung. Terdapat beberapa faktor yang ditengarai mempengaruhi pertumbuhan
investasi. Untuk kasus Indonesia, paling tidak terdapat 5 (lima) faktor yang
berpengaruh positif terhadap capaian investasi sepanjang 2012.
Pertama,
faktor suku bunga pinjaman. Tingkat suku bunga pinjaman yang rendah,
kompetitif dan stabil akan menarik minat investor untuk melakukan eskpansi atau
pembukaan usaha baru karena terjadi pengurangan beban bunga. Dalam hal ini, BI
rate dijadikan sebagai suku bunga acuan bagi penetapan suku bunga simpanan
dan pinjaman. Tingkat BI rate yang rendah akan berimbas pada rendahnya
suku bunga kredit karena suku bunga simpanan sebagai basis sumber dana
perbankan juga akan berada pada posisi yang lebih rendah. Sepanjang tahun 2012,
BI rate stabil pada posisi 5,75 bps, nilai ini bertahan sejak Februari
- November 2012, dimana sebelumnya berada pada posisi 6 bps (Januari 2012).
Terjaganya BI rate memberikan pengaruh pada trend penurunan
suku bunga kredit investasi, meskipun selisih antara BI rate dan suku bunga
pinjaman (spread) masih cukup lebar. Data Bank Indonesia menunjukkan
posisi suku bunga kredit pada September 2012 sebesar 11,35 persen, turun 3,2
persen dari Januari 2012 sebesar 11,73 persen.
Kedua,
faktor tingkat pendapatan. Tingginya tingkat pendapatan per kapita
mencerminkan tingginya kemampuan atau daya beli masyarakat. World Bank mencatat
Gross National Income (GNI) per kapita Indonesia tahun 2011 sebesar
2.940 USD, meningkat 17,6 persen dibanding 2010, dan bahkan selama periode
2007-2011 meningkat sebesar 83,75 persen. Pertumbuhan pendapatan masyarakat
memberikan daya tarik yang cukup besar bagi para investor karena menunjukkan
tingginya daya beli masyarakat.
Ketiga,
pertumbuhan dan ukuran kelas menengah. Salah satu faktor penting yang
berpengaruh terhadap keputusan investasi adalah ukuran pasar domestik
direpresentasikan oleh jumlah kelompok kelas menengah. Hasil perhitungan ADB
dengan menggunakan data SUSENAS BPS, proporsi kelas menengah Indonesia
dibanding total populasi meningkat dari 25% pada 1999 menjadi 43% pada 2009.
Secara absolut, jumlah kelas menengah meningkat dua kali lipat dalam kurun
waktu 10 tahun, dari sekitar 45 juta pada 1999 menjadi 93 juta pada 2009 (ADB,
2010). Survey terbaru Bank Indonesia pada 2011 menunjukkan angka peningkatan
yang cukup signifikan. Kelompok kelas menengah Indonesia pada tahun 2011
sebesar 60,9 persen dari total populasi, sedangkan kelompok berpendapatan
rendah mencapai 22,1 persen, dan sisanya sekitar 17 persen tergolong kelompok
berpendapatan tinggi. Kelompok kelas menengah yang terus tumbuh menjanjikan
pasar yang cukup besar sehingga menarik minat para investor untuk melakukan
ekspansi atau membuka usaha baru.
Keempat,
faktor tingkat inflasi yang rendah dan stabil.
Inflasi yang tinggi dan fluktuatif mengambarkan ketidakstabilan dan kegagalan
pengendalian kebijakan makro ekonomi. Tingkat inflasi yang tinggi dan
fluktuatif membuat investor dihadapkan pada situasi ketidakpastian usaha yang
memicu peningkatan resiko proyek dalam investasi. Sampai dengan September 2012,
inflasi Indonesia sebesar 3,66 persen (y.o.y), nilai ini jauh di bawah
asumsi makro APBN 2012 sebesar 6,8 persen. Keberhasilan pemerintah dalam
mengendalikan tingkat inflasi meningkatkan minat investor untuk menanamkan
modalnya di Indonesia sepanjang tahun 2012.
Kelima,
faktor regulasi pemerintah. Iklim investasi
yang kondusif memerlukan peran serta pemerintah, tidak hanya melalui
pengendalian indikator ekonomi makro namun juga melalui peraturan perundangan
berupa insentif fiscal dan non fiskal. Salah satu peraturan yang diterbitkan
oleh pemerintah untuk menarik investasi adalah PP 52 Tahun 2011 tentang
Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal Bidang Usaha Tertentu
Dan/Atau Daerah Tertentu. Melalui peraturan ini, Pemerintah memberikan insentif
fiskal berupa fasilitas pajak penghasilan badan yang meliputi: (1) Tambahan
pengurangan penghasilan neto sebesar 30% dari jumlah Penanaman Modal; (2)
penyusutan dan amortisasi yang dipercepat; (3) Pengurangan tarif Pajak
Penghasilan atas penghasilan dividen yang dibayarkan kepada subjek pajak luar
negeri; (4) Perpanjangan masa kompensasi kerugian.
Selain itu,
Pemerintah juga memberikan insentif berupa tax holiday bagi industri
pionir untuk mendorong aliran investasi pada sektor-sektor prioritas. Insentif
ini diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor PMK-130/PMK.011/2011.
Penerbitan peraturan ini tidak hanya bertujuan meningkatkan kuantitas
investasi, namun juga kualitas investasi dalam bentuk mengarahkan investasi
pada sektor-sektor prioritas yang dipandang strategis bagi penguatan struktur
industry nasional.
Insentif non
fiscal dilakukan dalam bentuk pemberian kemudahan pelayanan investasi,
khususnya dalam hal penyederhanaan birokrasi layanan perijinan, pengurangan
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan perijinan investasi, serta informasi
peluang usaha. Pembentukan one stop services pelayanan investasi
hingga ke tingkat daerah dimaksudkan dapat membantu investor dalam memotong
biaya dan waktu yang dibutuhkan dalam melakukan investasi.
Kinerja
investasi sepanjang 2012 ini sudah selayaknya diapresiasi dan terus
ditingkatkan. Permasalahan dan tantangan ke depan masih menghadang diantaranya
dalam hal perijinan investasi dan infrastruktur pendukung. Peringkat Indonesia
untuk kedua kriteria tersebut dalam survey Doing Business 2012 belum
begitu menggembirakan karena masih di bawah negara-negara pesaing. Berdasarkan
laporan WEF dalam Doing Busines Economic Rangkings, peringkat
daya saing global (Global Competitiveness Index/GCI) Indonesia untuk
periode 2012-2013 berada pada posisi 50 dengan skor 4,4 dari 144 negara. Namun
permasalahan dan tantangan tersebut harus disikapi secara positif, dalam artian
masih terbuka ruang dan potensi yang cukup lebar untuk menggenjot pertumbuhan
investasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Upaya-upaya perbaikan seperti
layanan one stop service, kerjasama pemerintah swasta, sinergi BUMN,
perbaikan iklim ketenagakerjaan, harus tetap dilanjutkan dan ditingkatkan
intensitas dan cakupannya, untuk mendukung peningkatan aliran dan kualitas
investasi.
Ekonomi
Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan masih tetap positif walaupun ekonomi
dunia tetap lemah, namun mempertahankan pertumbuhan invetsasi yang kuat sangat
penting, menurut laporan baru yang diterbitkan oleh Bank Dunia hari ini. Dalam
Triwulanan Perkembangan Ekonomi Indonesia edisi bulan Desember 2012, Bank Dunia
memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,1 persen untuk tahun
2012, sedikit meningkat di tahun 2013 menjadi 6,3 persen. Proyeksi ini
mengasumsikan konsumsi domestik dan pertumbuhan investasi masih bertahan kuat,
dengan membaiknya pertumbuhan mitra dagang utama Indonesia secara bertahap yang
juga sedikit mendorong pemulihan nilai ekspor. “Outlok ekonomi dunia masih
dibayangi ketidakpastian dan rentan terhadap tekanan-tekanan, jadi ini bukan
waktu untuk berpuas diri,” kata Stefan Koeberle, World Bank Country Director
untuk Indonesia. “Hasil dari negosiasi “jurang fiskal” di AS, perkembangan di
zona Euro, dan juga berlanjutnya perlambatan ekonomi China, dapat mempengaruhi
proyeksi pertumbuhan baseline kami. Dan pertumbuhan investasi dalam
negeri – yang telah berperan penting terhadap kuatnya kinerja ekonomi Indonesia
belakangan ini – juga menghadapi sejumlah risiko.” Setelah tumbuh pesat dalam
beberapa tahun terakhir, investasi kini mencapai sepertiga dari seluruh belanja
barang-barang dan jasa Indonesia. Investasi meningkat 10 persen tahun-ke-tahun
pada kuartal ketiga dan memberikan dorongan hampir 40 persen terhadap
pertmbuhan PDB yang kuat dalam kuartal ketiga sebesar 6,2 persen tahun-ke-tahun.
Walaupun sejauh ini investasi masih tetap bertahan kuat, investasi dan harga
komoditas dunia cenderung bergerak searah, sehingga perkiraan investasi
Indonesia dapat melemah dimana penurunan penerimaan yang berkaitan dengan
komoditas mempengaruhi ekonomi secara luas. Sejumlah pengumuman peraturan dan
perundangan sepanjang tahun telah menambah risiko ketidakpastian kebijakan
dalam negeri, yang dapat membawa dampak negatif terhadap sentimen investor,
yang masih rapuh secara global.
“Kerangka kebijakan yang kuat adalah kunci untuk memfasilitasi investor untuk dapat membuat perencanaan ke depan dan menjaga kepercayaan terhadap masa depan yang mendorong investasi” ujar Ndiamé Diop, World Bank Lead Economist and Economic Advisor untuk Indonesia. “Menjelang pemilihan umum tahun 2014, kebijakan investasi dan dunia usaha Indonesia akan berada di bawah soroton. Dengan terus meningkatkan lingkungan peraturan dan secara efektif mengkomunikasikan reformasi-reformasi baru merupakan langkah-langkah penting yang dapat mendukung perkiraan investasi dan terus mendorong pertumbuhan yang kuat.” Proses tahunan untuk menetapkan upah minimum yang rumit dan penuh dengan perdebatan juga turut menjadi sorotan. Menimbang pentingnya upah minimum itu bagi kesejahteraan pekerja, dan secara potensial, bagi pertumbuhan ekonomi, proses negosiasi upah minimum dapat diperbaiki melalui pendekatan yang lebih menyeluruh, teknis dan inklusif dalam proses tawar-menawar di pasar tenaga kerja, dengan memastikan bahwa seluruh pemangku kepentingan, termasuk pekerja sektor informal, telah terwakili. Laporan Triwulanan Desember ini juga membahas tantangan-tantangan pembangunan jangka menengah yang dihadapi oleh Indonesia, dan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemajuannya. Sebagai contoh, bagaimana semakin meningkatkan penyediaan dan akses layanan publik di seluruh Indonesia, mengatasi ketidak merataan kemajuan dalam penyediaan layanan infrastruktur, kesehatan dan pendidikan, seperti terlihat pada Sensus Infrastruktur Desa yang baru dilakukan. Pentingnya kesiapan menghadapi risiko bencana alam juga dibicarakan pada laporan. Sebagai contoh, keberhasilan upaya pemulihan pasca bencana alam yang besar di Sumatra dan Jawa telah memberikan contoh bagaimana membangun ketahanan terhadap risiko-risiko bencana, termasuk risiko musibah banjir di Jakarta.
“Kerangka kebijakan yang kuat adalah kunci untuk memfasilitasi investor untuk dapat membuat perencanaan ke depan dan menjaga kepercayaan terhadap masa depan yang mendorong investasi” ujar Ndiamé Diop, World Bank Lead Economist and Economic Advisor untuk Indonesia. “Menjelang pemilihan umum tahun 2014, kebijakan investasi dan dunia usaha Indonesia akan berada di bawah soroton. Dengan terus meningkatkan lingkungan peraturan dan secara efektif mengkomunikasikan reformasi-reformasi baru merupakan langkah-langkah penting yang dapat mendukung perkiraan investasi dan terus mendorong pertumbuhan yang kuat.” Proses tahunan untuk menetapkan upah minimum yang rumit dan penuh dengan perdebatan juga turut menjadi sorotan. Menimbang pentingnya upah minimum itu bagi kesejahteraan pekerja, dan secara potensial, bagi pertumbuhan ekonomi, proses negosiasi upah minimum dapat diperbaiki melalui pendekatan yang lebih menyeluruh, teknis dan inklusif dalam proses tawar-menawar di pasar tenaga kerja, dengan memastikan bahwa seluruh pemangku kepentingan, termasuk pekerja sektor informal, telah terwakili. Laporan Triwulanan Desember ini juga membahas tantangan-tantangan pembangunan jangka menengah yang dihadapi oleh Indonesia, dan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemajuannya. Sebagai contoh, bagaimana semakin meningkatkan penyediaan dan akses layanan publik di seluruh Indonesia, mengatasi ketidak merataan kemajuan dalam penyediaan layanan infrastruktur, kesehatan dan pendidikan, seperti terlihat pada Sensus Infrastruktur Desa yang baru dilakukan. Pentingnya kesiapan menghadapi risiko bencana alam juga dibicarakan pada laporan. Sebagai contoh, keberhasilan upaya pemulihan pasca bencana alam yang besar di Sumatra dan Jawa telah memberikan contoh bagaimana membangun ketahanan terhadap risiko-risiko bencana, termasuk risiko musibah banjir di Jakarta.
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil penulisan makalah diatas
maka dapat kita simpulkan bahwa :
investasi merupakan
suatu pengeluaran sejumlah dana dari investor atau pengusaha guna membiayai
kegitan produksi untuk mendapatkan profit di masa yang akan datang.
Secara umum investasi dibagi
menjadi 2 yaitu :
3.
Investasi yang terdorong (Induced Invesment)
4.
Investasi otonom (Outonomous Invesment)
Sumber – sumber investasi dapat dilihat melalui :
1. Investasi oleh masyarakat swasta nasional
2. Investasi oleh pihak Asing
Investasi yang ditanam di suatu negara atau daerah, di
tentukan oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Tingkat keutungan yang diramalkan
2. Tingkat Bunga
3. Ramalan mengenai ekonomi di maasa depan
4. Kemajuan teknologi
5. Tingkat pendapatan nassional dan perubahannya
6. Keuntungan yang di peroleh
7. Situasi politik
8. Pengeluaran yang di lakukan pemerintah.
9. Kemudahan yang di berikan oleh pemerintah setempat.
Teori yang
menerangkan terjadinya suku bunga di antaranya adalah :
a.
Teori Klasik
b.
Teori Keynes
Adapun metode perhituungan tingkat suku bunga, antara
lain : Dalam dunia perbankan 4 (empat) metode pricing, yaitu :
E.
Metode Mark up
Pricing
F.
Metode Profit
Pricing
G.
Metode Value
Pricing.
H. Metode
Going Rate Pricing
Ada berbagai faktor penyebab kenaikan suku bunga pada
masa transisi stelah deregulasi 1988, yaitu :
4. Biaya
dana perbankan semakin meningkat setelah dikeluarkannya rangkaian kebijakan
deregulasi sejak 1 juni 1983.
5. Adanya
peningkatan dalam pasar uang
6. Peningkatan
pada spread perbankan
Untuk kasus Indonesia, paling
tidak terdapat 5 (lima) faktor yang berpengaruh positif terhadap capaian
investasi sepanjang 2012.
1. Pertama, faktor suku bunga
pinjaman.
2. Kedua, faktor tingkat
pendapatan
3. Ketiga, pertumbuhan dan
ukuran kelas menengah
4. Keempat, faktor tingkat
inflasi yang rendah dan stabil
5. Kelima, faktor regulasi
pemerintah.
B. Saran
Saya berharap agar
pemerintah Indonesia tanggap terhadap perkembangan investasi dan tingkat suku
bunga sehingga pemerintah dapat melihat perkembangan pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Dengan demikian pemerintah dapat mengukur tingkat kesejahteraan
masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan. Tidak hanya dari kalangan atas
atau menengah saja tetapi pemerintah juga harus melihat kesejahteraan dari
kalangan bawah. Sehingga pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Indonesia dapat
dirasakan oleh semua kalangan atau seluruh masyarakat Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
id.wikipedia.com
sudono
sukirno , teori ekonomi makro.Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, jakarta
LAMPIRAN